Aku sangat menikmati suasana ini, aroma khas kopi dari mesin pencacah yang masih tradisional, senja di suatu cafe.
Pandanganku terusik pada sosok pria di sudut cafe, wajahnya tampan dengan tatapan mata sayu, senyumnya dingin tanpa ekspresi.
Mataku nanar mengamati gerak geriknya, ia memesan kopi tanpa gula. “Aneh.. dari cara minumnya, aku sangat mengenal sosok pria itu”. Aku terdiam, belum berani menyapanya.
Rasa penasaran semakin menyeruak, kuberanikan diri duduk di kursi kosong sebelahnya. Perlahan dia keluarkan kertas kecil, ”cafe ini selalu ramai, tapi hatiku tetap kesepian…”, sebuah coretan tangan yang mulai memudar.
Kepalaku mendadak pusing, ingatanku melayang ke masa lalu, aku pernah menulis kalimat itu untuk kekasihku. Lima tahun silam, sebelum senja itu merenggut nyawaku.
0 comments:
Post a Comment