December 18, 2011

SEBUAH PANTAI YANG TAK SEMPAT KITA BERI NAMA

“Yang terakhir memberi pelukan, adalah yang pertama memberikan kesedihan”
Kuziarahi pantaimu, memunguti sisa-sisa larung kepedihan, yang sebentar lagi terbawa angin selatan.
Masih membekas di peziarahan itu, setangkup dupa, kembang tujuh warna, dan tapak-tapak sunyi yang semalam memelukmu.
“Aku hanya mampu mencintaimu seumur hidupku, selebihnya biar Tuhan yang merawat kesedihanmu”
Hari sebelum kemarin, kita telah sampai pada ujung kesedihan, puncak segala kebahagiaan di sebuah pantai yang tak sempat kita beri nama.
“Kita telah sampai di ujung sepi, dan tak pernah tahu bagaimana mengemas perasaan-perasaan ini”
Di pantai sunyimu, di pantai sepimu, kesedihanku ada untuk ketiadaanmu.
“Separuh ingatan telah pergi, dan Tuhan tak juga memberi kebahagiaan yang kucari”

0 comments:

Post a Comment